-->
Seven


M_A_D
(Maafkan Aku Dunia)

Entah sudah berapa lama
Entah sampai kapan
Aku merenungi hidup ini
Tetap saja aku tak mengerti dirimu
Aku tak juga bisa mengenalmu
Tak bisakah aku bergaul dan mencumbumu
Apalagi mencintaimu

Meski tiap hari aku kau suapi
Walau tiap saat aku kau ajari
Aku tetap saja tak mengerti
Tentang bagaimana ku harus hidup
Aku terus saja berprasangka
Tentang ketidakadilanmu
Tentang ketidak mengertianmu
Tentang ketidak pedulianmu, padaku
Sementara engkau tetap membisu
Tidak kah kau marah padaku
Tidak kah kau benci aku
Tidakkah kau bosan dengan ulahku
Dan muak dengan tingkahku...

Sungguh, maafkan aku
Sebab aku memang terlalu dungu
Tuk mengerti bahasa isyaratmu
Aku terlalu sibuk dengan bisikan itu
Tentang ”aku ... persetan denganmu”
Yang terus mengiang di lorong kalbu
Hah.....emboh.............

Sekali lagi dunia...
Maafkan aku
Ku hanya bisa berharap
Esok hari kau masih terima aku
Dikala mentari tersenyum di ufuk fajar
Berseri menyambut ku
Dari dekapan selimut mimpi semu
Ijinkan aku, bercanda lagi dengan mu
Meski terkadang terselip isak tangisku
Saat kau cubit rasaku hingga membiru
Namun ku coba belajar
Pastilah diri ini t’lah kurang ajar

Sebab ku yakin engaku terlalu sabar
Tuk sekedar marah apalagi menampar
Mari.......mari kita terus bermain dan berkelakar
Hingga senja akhiri gurauanku yang tak bernalar
Lalu pekat malam menghampiriku
Merayuku tuk melupakanmu, sejenak.......
***phy_two*** Read More..
Label: 0 komentar | | edit post
Seven

Pembelajaran atau learning merupakan suatu tahap pembentukan eksistensi diri hampir semua makhluk yang memiliki otak, khususnya manusia sebagai makhluk yang paling sempurna otaknya dibanding binatang sehingga layak disebut akal. Akal yang oleh Allah dalam Al Qur’an disebut sebagai Baitul Makmur, dimana Allah telah mensetting otak manusia tersebut dengan kemampuan yang memadai guna memikirkan garapan dunia yang diciptakan_Nya tidak sia-sia ini. Adapun untuk bisa membuktikan bahwa tidak sia-sia itu hanya dapat dilakukan manusia manakala ia memiliki ilmu pengetahuan sebagai modal dasar untuk mengelola dan memanfaatkan sehingga berdaya guna bagi kehidupannya dalam upaya memakmurkan proses pembuktian diri sebagai hamba yang taat berbakti dan beribadah kepada Sang Pencipta jagad.

Terkait dengan pembelajaran, tentu tidak lepas dari pendidikan. Pendidikan layaknya merupakan wadah yang berisikan berbagai proses pembelajaran. Sehingga pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses pembelajaran yang menjadikan si pembelajar dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti lalu mengerti dan dari tidak bisa (melakukan sesuatu) menjadi bisa. Pada hakekatnya manusia telah melakukan berbagai proses pembelajaran sejak ia dilahirkan. Bahkan menurut suatu penelitian manusia telah melakukan proses belajar sejak masih dalam kandungan ibunya. Itu artinya bahwa proses belajar dan mendidik diri secara kodrati telah dimulai seiring dengan proses penciptaan sosok manusia itu sendiri, baik dengan secara sadar maupun tidak.

Dari sudut pandang Islam sendiri hal ini tentu bukan suatu pengetian baru. Sebab menurut Al Qur’an, manusia sebelum dilahirkan telah disumpah atas persaksian mengadanya Allah sebagai satu-satunya Dzat Wajibul Wujud pencipta dirinya dan alam semesta, pemilik dunia dan akhirat. Tentu dapat dimengerti bahwa itu berarti hal pertama yang dimengerti dan dipahami secara mutlak oleh manusia adalah eksistensi Wujudullah. Hanya saja kemudian manusia setelah diberadakan didunia ternyata justru lupa dengan satu-satunya pelajaran pertama yang merupakan syarat mutlak, sebagai gerbang pintunya mati untuk bisa kembali kepada_Nya dengan selamat.

Dalam sabdanya Nabi Muhammad menyatakan bahwa mencari ilmu wajib hukumnya bagi setiap muslim laki-laki maupun perempuan, dan juga tentu kita pernah mendengar ”Tuntutlah ilmu dari buaian hingga liang lahat.” dari kedua sabda Beliau itu dapat disimpulkan bahwa betapa amat sangat pentingnya nilai ilmu, pendidikan dan pengajaran baik dalam rangka berdunia maupun berakhirat. Adapun melihat kenyataan yang terjadi di negara ini, tak dapat dipungkiri bahwa sistem pendidikan kita telah gagal mewujudkan cita-cita luhur pendidikan untuk membentuk manusia yang seutuhnya, lahir batinnya.Berbagai sistem telah berulang kali di bongkar pasang guna membenahi kegagalan pendidikan kita yang ujung-ujungnya hanya melahirkan generasi yang korup, semu, brobrok moralnya, rendah akhlaknya, serta tipis budi pekertinya. Sehingga sama sekali tidak bisa memberikan kemanfaatan bagi orang banyak, bangsa dan negaranya, bahkan bagi dirinya sendiri, sangat ironis tentunya.

Menilik kenyataan ini seharusnya perlu dipertanyakan, apa sebenarnya yang telah menyebabkan kegagalan sistem pendidikan kita tersebut. Mari kita kembali menengok sejarah kenabian dan kerosulan. Kita akan dapati bahwa inti dari misi Mereka adalah pendidikan yang mengajarkan tentang Ketauhidan, tentang hakekat jati diri Allah yang mana merupakan inti fitrah manusia itu sendiri, tentang makna dan tujuan hidup dan diciptakannya dunia dengan manusia di dalamnya. Mengapa??? Sebab tanpa pondasi yang benar mengenai itu semua maka manusia akan kehilangan panduan dan arah hidup, sudah bisa dipastikan bahwa kehancuranlah yang terjadi. Maka mari kita semua, khususnya para pengodok pendidikan negeri ini membangun kembali pondasi pokok yang telah runtuh ini. Ya, suatu pendidikan yang membangkitkan kesadaran inti manusia, dimulai dari pendidikan dilingkup keluarga, sosial masyarakat, berbangsa dan bernegara, sekolah, akademik dan lainya.

Pendidikan yang mengajarkan setiap diri untuk mengerti, memahami mengenai bagaimana harusnya setiap tingkah laku dan amal perbuatan setiap diri senantiasa sejalan dengan kehendak sang Pemberi Kehidupan ini. Tentu saja untuk itu diperlukan ilmu dan laku serta pembimbing yang memang ditugaskan Allah dibumi, yang selalu mengada di tengah umatnya di setiap zaman, yang tidak bakhil menerangkan dan menunjukkan mengenai hakekat ilmu mengenai Diri Al Ghaibnya Allah. Untuk selanjutnya di taati dan dipatuhi petunjuk dan pedoman yang diberikannya, yang sama sekali bukan keluar dari krenteg dan kepentingan nafsu manusiawinya, namun murni dari petunjuk Allah Azza Wajalla.

Dengan demikian diharapkan setiap diri dapat senantiasa dapat mendidik diri untuk belajar dan terus belajar membenahi niat dan tujuan hidupnya, setiap langkah perbuatannya, berdunia dan berakhiratnya, berekonomi, berpendidikannya, bersosial masyarakat hingga berbangsa dan bernegaranya sepenuhnya dalam rangka sebagai lemek/ pondasi yang kokoh pulang kembali kepada Allah dengan selamat dan bahagia karena kerena mendapat ridho dan ampunan_Nya.

(***By.:phy_two:.***) Read More..
Seven


MEMAKNAI KEHIDUPAN
MENURUT FALSAFAH JAWA


Kehidupan merupakan wadah tempat manusia menampilkan eksistensi sebagai makhluk Tuhan. Dan karena kehidupan itu penuh dengan dinamika yang komplek serta pola pikir dan karakter manusia juga sangat beragam maka setiap individu pun memaknai kehidupan ini dengan versinya masing-masing, setiap masyarakat ras, suku dan bangsa juga memiliki filsafat dan pandangan serta prinsip kehidupan yang beragam pula. Dari banyak pandangan dan pemikiran kehidupan yang ada kami mecoba mengungkapnya dari pemikiran orang Jawa yang mungkin di era modern ini sudah tidak banyak yang memperhatikan. Padahal bila kita mampu menggalinya ada banyak pesan yang disampaikan melalui filsafat jawa. Salah satu dari banyak filsafat Jawa, berikut ini salah satunya yang dapat kita gali.

Ulasan berikut mengenai alat pembajak yang tradisional yang masih sering digunakan oleh petani jawa dalam membajak sawahnya yang ternyata memiliki arti dalam kehidupan.
- Dua ekor kerbau, untuk membajak seorang petani membutuhkan dua ekor kerbau, kenapa selalu dua? Karena mereka bisa saling melengkapi, tanpa satu diantaranya maka kegiatan membajak tidak akan berjalan. Seperti juga halnya rela kereta api terdiri dari dua batang, tidak bisa hanya satu. Begitu dalam maknanya dalam kehidupan, sepasang kerbau memiliki arti bahwa dalam kehidupan ini selalu berpasangan, ada siang ada malam, ada panas ada dingin, ada kiri ada kanan, ada atas begitupun bawah dan masih banyak lagi. Demikian pula dalam hal berpasangan, Allah telah menciptakan manusia berpasang-pasangan, laki-laki dan perempuan. Begitupun dalam segi beragama terdiri dari syariat dan juga hakikat.

Syariat
diibaratkan dengan wadah, kulit yang membungkus hakikat. Syariat tanpa hakikat berarti kosong/buta dan hakikat tanpa syariat lumpuh atau dalam istilah lain dikenal kafir zindiq. Inilah yang di dalam Al –Qur’an disebut Sirothol Mustaqiem yakni kesatuan yang sejalan dalam menjalankan syariat yang hakikat dalam proses beribadah dan berkehidupan umumnya. Yang perlu diperhatikan disini adalah bahwa dalam bermuamalah/berkehidupan dunia pun meski tetap berada dalam bingkai hakikat ibadah yakni dengan senatiasa solla(gandeng), ingat kepada Allah sebagai sang pemberi kehidupan. Bukankah sangat tidak tahu diri manakala manusia yang hidup di dunia dengan jiwa raga dan fasilitas yang di sediakan sang pemilik dunia ternyata dalam menggunakan dan memanfaatkannya manusia tersebut lupa, ingkar terhadap si empunya dan pemberinya. Dalam ajaran Alqur’an hal inipun di firmankan dengan sangat gamblang oleh Allah yang kurang lebih ”...mereka itulah orang-orang yang bertaqwa, yakni orang-orang yang senantiasa mengingati-Nya baik dalam berdiri, duduk maupun berbaring”.

Hal ini pula yang disebut dengan istilan sholat dahim/sholat yang kekal. Bila manusia telah mampu mengaplikasikan hal ini dalam kehidupan ini maka kebenaran Firman Allah dalam Al-Qur’an yang menyatakan bahwaSesungguhnya solat itu mencegah manusia dari perbuatan fahsak dan mungkardapat terrealisasikan secara benar. Bagaimana tidak, bila seseorang dalam setiap gerak-gerik kehidupannya senatiasa mendzikirinya/ mengingatinya dalam rasa hati dengan sebenar-benarnya akan berbuat kerusakan dan kedholiman. Adapun kenyataan banyak orang yang meski sholat, hajji dan puasa tetap saja berbuat kejahatan, korupsi dan perbutan yang sama sekali tidak dibenarka oleh Islam, bisa jadi karena belum memiliki ilmu dan laku mengenai hakikat sholat (sholat daim) tersebut. Adapun untuk mendapatkan ilmu yang memengertikan hakekat yang demikian perlu di gurukan kepada ulama yang yang mewarisi ilmu dan lakunya para nabi yang selalu mengada di setiap zaman hingga akhir dunia, yang menjaga keutuhan dan kesatuan antara syariat dan hakikat.

- Tali, sebagai penghubung diantara dua kerbau tersebut, dalam kehidupan tali itu diartikan sebagai penghubung antara keduanya sehingga selalu seimbang. Dalam pemahaman sufisme kita, tali inilah kekang yang mengendalikan si kerbau sebagai perbujudan dari bentuk nafsu yang tidak lain adalah jiwa raga manusia agar berkehidupannya tetap terarah sesuai dengan sunah Allah dan rosulnya. Dikendalikan agar patuh digunakan untuk mengolah garapan dunia untuk memperkokoh proses ibadahnya dalam rangka subhanaka.

- Alat pengendali kedua kerbau yang hanya ada satu dan yang senantiasa menjaga kesatuan kedua ekor kerbau agar senantiasa bebarengan, seia sekata, singkron dalam arah dan gerak. dan menghadap ke atas, dalam kehidupan alat pengendali ini memiliki arti bahwa dalam melakukan kegiatan apapun ada yang mengendalikan kita, dan pengendali itu hanya ada satu, terletak diatas yang bermakna bahwa ia yang mengendalikan kehidupan ini mengada diatas langit, namun bukan langit dunia seperti yang kita lihat melainkan langit ini adalah simbol bahwa untuk bisa kenal dan mengerti mengadanya Dzat Allah, sama sekali manusia tidak akan mampu mencapainya manakala tanpa pertolongan dan belas kasih Allah. Sebab yang pasti manusia itu adanya di bumi sebagai simbol derajat hamba yang berada begitu kecil. Oleh karena itu dalam berkehidupan di dunianya mau untuk tunduk dan patuh kepada sang pengendali dengan senatiasa menggunakan dasar taubat, ihlas dan berserah diri kepada-Nya.

- Pembajaknya, bagi petani bajak disini berfungsi sebagai alat pembajak tanah sehingga tanah tersebut menjadi subur, demikian pula dalam kehidupan dunia, kesejahtaraan hidup akan tercipta bila masing-masing individu memiliki kesadaran untuk mengembangkan potensi yang dimiliki dalam mengelola urusan dunianya sesuai dengan bakat dan kemampuan, setinkat mampunya masing-masing, sebaik-baiknya hingga menjadi ladang yang subur dalam mensyiarkan ajaran dan sunnah Allah dan Rosaullnya.

- Tanah, tanah memiliki arti dalam kehidupan. Jika dalam pertanian tanah yang dibajak adalah dibolak-balik supaya menjadi subur, maka dalam kehidupan nyata, tanah yang dibolak-balik adalah menggambarkan bahwa keadaan yang terjadi dalam kehidupan juga dibolak-balik, terkadang mudah terkadang sulit, terkadang berkecukupan dan di waktu lain berkekurangan, dan sebagainya. Itu semua adalah proses dalam membentuk watak dan pribadi seorang manusia agar semakin dewasa dan matang.

- Alat pemukul kerbau(pecut/cambuk), sudah merupakan wataknya nafsu manusia itu enggan untuk diajak berbuat kebagusan, maka harus dipaksa, dilatih dengan mujahadah memerangi nafsu krenteg bangsa hewani yang hanya memburu nikmatnya makan dan syahwat.

- Penutup/pembungkus mulut digunakan untuk menjaga mulut kerbau agar supaya tidak memakan rumput yang ada dihadapannya saat sedang bekerja, dalam kehidupan memiliki makna bahwa manusia harus menjaga diri agar tidak serakah, rakus sehingga terhadap harta benda dan apapun yang bukan menjadi haknya, meskipun itu bisa dilakukan dan ada kesempatan untuk memanfaatkan.
Uraian tersebut adalah merupakan penggambaran mengenai diri dan kehidupan yang terkait dengan filsafat jawa dikaitkan dengan pemahaman keilmuan Syathariah.

(.::phy_two::.) Read More..