-->
Seven

Kala Bendu, Kala Tido, Kala Subo

Belum hilang ingatan kita mengenai bencana alam gempa bumi yang meluluhlantakkan sebagian besar wilayah Jawa Barat, dan berbagai wilayah di Indonesia dan itupun belum selesai dalam merenovasi dan memperbaiki puing puing kerusakan yang diakibatkan oleh gempa 7,3 Scala Richter yang terjadi. Sudah disusul gempa yang lebih besar lagi 7,6 Scala Richter yang terjadi di Sumatra Barat dan Sekitarnya.
Pertanyaan besar yang muncul adalah benarkah ini sudah skenario Yang Maha Kuasa? Benarkah akan berlaku sunnatullawwalin sebagaimana sunnah yang telah berlaku pada zaman para Nabi Rasul terdahulu. Menghancurkan dengan sehancur hancurnya yang batal.

Munculnya Pengadilan Ghaib dengan Kun Fayakun-Nya melenyapkan semua yang tidak sekehendak dengan-Nya. Melenyapkan tatanan yang sudah dianggap baku dan benar akan tetapi kenyataannya salah dihadapan Allah. Melenyapkan bentuk kehidupan yang selalu mengumbar hawa nafsu dan syahwat. Memburu kenikmatan dunia yang justru menjerumuskan pada bentuk kehidupan yang dimurkai Allah. Dunia sudah dipenuhi dengan kezaliman, penuh dengan kebohongan, tipu muslihat. Diganti dengan jaman yang penduduknya hanya untuk beribadah dan memaksa dirinya (nafsunya, red)untuk selalu sejalan dengan kehendak-Nya.


Kalau benar demikian adanya, sungguh memang sudah sesuai keadaan yang ada bila disamakan dengan bentuk kehidupan umat-umat para nabi jaman dahulu yang dihancurkan oleh Allah, sebagaimana umat Nabi Nuh, Umat Nabi Daud dan Nabi-Nabi yang lain. Hatinya sudah ditutup dan digelapkan dengan angan-angan dunia yang banyak mengajak pada kerusakan di bumi. Watak yang sombong, merasa paling benar sehingga acuh dengan kebenaran yang sebenarnya datang dari Yang Maha Kuasa. Sifat dengki, iri mudah tersinggung, mudah salah paham tetap dipelihara yang akhirnya mudah menyalahkan, saling memfitnah dan membunuh.

Hal tersebut dikarenakan karena sibuknya “mburu uceng kelangan deleg”. Uceng adalah gambaran nikmat yang besarnya se ujung jarum, dikejar diburu habis-habisan sehingga lupa anak istri, dan tanggungjawab pokoknya. Nikmat bangsa hewan yang memburu puasnya makan dan syahwat. Bagaimana supaya, terhormat, berwibawa, berkuasa, selalu menang dalam segala hal, tak ada yang mengalahkan. Tetapi dengan Deleg, gambaran Yang Empunya Nikmat(DIA, red.), sama sekali tidak butuh. Butuh mengenal, butuh dekat, butuh pertolongan dan dijadikan tempat untuk kembali. Padahal hak nya manusia dihadapan Allah persis seperti ikan dalam samudra. Jangankan bisa berfikir, punya daya kuat, bisa apa apa, bahkan bernafaspun tidak kalaulah tanpa Diri-Nya.

Tuhan yang yang Alloh Asmanya itu, yg keberadaannya dekat sekali dalam rasa hati (bagi yg dimengertikan dn di buka mata hatinya 'RASA')meliputi dan menyertai hamba-hambanya, mempunyai hak untuk dikenali, diingat-ingat dan dijadikan tujuan untuk kembali. Selalu dijadikan tempat untuk mengharap rahmat dan ridlo-Nya, ngumawulo (menghamba, red.), berserah diri lahir dan batin dengan sepenuhnya. Karena hanya disisi-Nya lah sebaik baik tempat kembali. Tidak dijadikan alat kaki (bagi nafsunya, red). Yang hal tersebut akan mengakibatkan murkanya Allah SWT. Semoga kita termasuk hamba yang diselamatkan-Nya. Amien.


Ensiklopedi Sathoriyah
Afkaar Eds.94 Read More..