-->
Seven


MERDEKA ATAU MATI

 

Sudah 61 tahun negara ini meneguk manisnya kemerdekaan, merdeka dari penjajah bangsa-bangsa kolonial. Kemerdekaan yang diperoleh dengan perjuangan dan pengorbanan darah, air mata, cucuran keringat, harta benda bahkan ribuan nyawa para pejuang, sudah seharusnya kita sebagai generasi penerus untuk mensyukuri rahmat kemerdekaan itu dengan benar. Dengan mewujudkan apa yang menjadi cita-cita para pendiri bangsa ini, yakni dengan membangun bangsa ini hingga menjadi bangsa yang berketuhanan yang Maha Esa (bertauhid) dengan sebenar-benarnya bertauhid, berpersatuan dalam kesatuan, berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia serta beradab dengan dipimpim oleh hikmat kebijaksaan, menjadi Negara yang sentosa yang dalam istilah lainnya yakni Negara Baldatun Toyyibatun Warabbun Ghafur hingga akhir zaman.

Kenyataannya sekarang, sudahkah cita-cita luhur itu terealisasi??? Pembaca tentu bisa menjawab dengan tepat. Memprihatinkan memang melihat kenyataan yang ada sekarang ini, keprihatin yang mendalam bahwa bangsa ini kian hari justru semakin terpuruk dalam ketidakmenentuan arah. Bangsa ini terjerat dalam kebingungan mendalam, bahkan seakan alampun justru menambah keparahan kerusakan bangsa ini. Seolah tuhanpun tidak mendukung, tentu saja tuhan yang maha benar tidak salah dengan kehendak-Nya. Mungkin saja ini adalah ujian, mungkin pula peringatan keras dari-Nya, atau bahkan mungkin ini adzab??? Bila benar ujian tentu kita harus sabar dan ihlas menerima, bila ini adalah peringatan sudah semestinya segenap penduduk negeri ini introspeksi diri masing-masing, sedang bila ini adalah adzab, Na’udubillah Mendalik, maka wajib bagi setiap yang masih merasa sebagai hamba Tuhan untuk bersegera  kembali pada Taubatan Nasuha.

Memang kita tidak bisa memastikan apa yang menjadi kehendak_Nya, namun kita tentu bisa mengira-ngiranya. Dan yang lebih penting lagi sekarang ini bagi bangsa ini untuk kembali menata diri bukan hanya system dan tatanan berbangsa dan bernegara, tetapi juga tatanan berkehidupan dalam hubungannya dengan sang Maha pemberi kehidupan ini. Sebab setiap pemberian termasuk kehidupan itu sendiri tentu disertai dengan tanggung jawab dalam implementasinya  dengan secara kontinyu dan simultan serta terintegrasi penuh baik dalam tatanan berbangsa, bernegara bermasyarakat, bersosial polotik, berekonomi dan berpendidikan, berumahtangga dan semua sisi kehidupan hingga yang sekecil-kecilnya.

Inilah perkerjaan rumah setiap diri saat ini sebagai manifestasi wujud  syukur atas kehidupan dan kemerdekaan yang merupakan rahmat Allah yang maha kuasa, bila tidak maka bisa saja Allah menarik nikmat kemerdekaan yang selama ini dinikmati bangsa ini, alangkah mengerikannya. Sebagai mana semboyan para pejuang kemerdekaan bangsa ini “Merdeka atau Mati”, generasi bangsa ini selayaknya tetap memegang teguh semboyan ini. Meskipun perjuangan sekarang berbeda, bukan lagi berperang ke medan tempur dengan senjata, melainkan bertempur melawan kebodohan, kemiskinan, ketertinggalan dan yang lebih berat berat lagi yakni berperang dengan diri masing-masing melawan nafsu yang maunya hanya mengajak kepada kerusakan, kepentingan-kepentingan dan kesenangan diri pribadi, acuh arogan iri hati dan segunung sifat-sifat hewani yang ujung-ujungnya hanya membawa kepada kerusakan diri dan bahkan juga merusak tatanan berkehidupan.

Tetap dengan memegang semboyan merdeka atau mati, merupakan pilihan yang tepat. Merdeka berarti tercapainya kemerdekaan  sejati lahir batin, merdeka lahir terbebas dari penjajahan Negara dan bangsa lain dalam bentuk ekonomi, budaya dan sebagainya serta merdeka batin terlepas dari kungkungan nafsu dengan berbagai sifat-sifatnya yang selalu dalam kerjasama yang intim dengan makluk yang yang bernama iblis dan bala tentaranya termasuk jin, syaiton, sert lelembut seisi jagad. Sedang mati berarti bahwa setiap perikehidupan yang sama sekali tidak sejalan dengan kehendak Allah dan Utusannya yang terus mengada di bumi guna menjadi saksi atas semua perbuatan manusia, sama sekali tidak diberi peluang untuk muncul, bergerak, dan mengotori peradababan bangsa ini.

Semoga seiring dengan bertambahnya usia kemerdekaan bangsa ini, rahmat Allah dicurahkan dari langit dan bumi kepada segenap penduduknya serta dibukakan-Nya mata hati setiap diri sehingga dengan benar bisa melihat kebenaran yang sejati, dengan kesadaran dapat melihat setiap hikmah dibalik setiap peristiwa, dengan ihlas dan syukur serta semangat jihadunafsi dapatnya selalu bisa mengadili diri sendiri hingga tercapai rasa hati yang hurriah tammah (merdeka sejati), dan terwujudlah Negara Indonesia yang merdeka sejati berdasarkan Pancasila. Amin. Akhir kata…Merdeka!!! 

Label: | edit post
0 Responses

Posting Komentar

Terimakasih atas komentar Anda...