-->
Seven

CINTA dan PENGORBANAN
(OLEH:el-pitu)


Sebuah ungkapan mengatakan bahwa “Cinta membutuhkan pengorbanan” nah bagaimana jika dibalik. “Pengorbanan membutuhkan Cinta”. Apakah hukum a x b = b x a??? ataukah kedua ungkpan bolak-balik itu masih memiliki makna yang sama, berubah, atau justru berlawanan? Mari kita uraikan bersama, dan mari kita kaji makna lebih mendalam.

Cinta sebuah kata beribu makna, begitulah katanya. Bila sekedar memaknai dan memahami cinta saja tidak ada satu definisipun yang tepat, saya jadi berfikir keras, lalu bagaimana kita bisa memahami apalagi mengimplementasikannya dalam kehidupan??? Yach … kami pun belum bisa mendefinisikan dengan tepat apakah itu cinta, namun disini saya memang tidak akan menbahas apa itu cinta, sebab definisi cinta itu sangat subjektif sekali.

Baiklah, mari kita perhatikan berikut ini.
Cinta itu membutuhkan pengorbanan, bila kita mencintai hal apapun juga, maka cinta itu akan menjelma menjadi makluk yang hudup di dalam perasaan dan pikiran kita. Ia akan mampu memerintahkan sesuatu hal pada kita, merubah suasana hati, cara berpikir kita dan bahkan mampu merubah penampilan sikap mental, serta penampilan lahiriah seorang. Ia bahkan juga bisa memberikan dan membangkitkan power yang dahsyat yang sebelumnya tidak disadari seseorang.

Namu demikian makluk yang satu ini juga akan meminta imbalan yang luar biasa, yang disebut dengan pengurbanan, apapun itu wujudnya, mulai dari pengurbanan perasaan, jiwa, raga, harta bahkan nyawa. Tergantung sebesar dan sekuat apa ia hiudp di dalam diri seseorang. Sedangkan besar kecil, kuat lemahnya ia tergantung bagaimana seseorang memeliharanya, mendidik dan mengarahkannya. Ia bisa menjadi iblis yang siap menggiring seseorang ke lembah kesesatan, ia juga bisa menjadi malaikat yang senantiasa menjaga kita tetap dalam jalur Sirotol Mustaqim.
Cinta, merupakan salah satu referensial ketuhanan seseorang paling signifikan. Artinya, kecintaan seseorang akan menunjukkan besaran kualitas sekaligus kuantitas keimanan seseorang. Dalam arti, cinta bisa menjadi rujukan apa dan atau siapakah tuhan dalam kehidupan seseorang. Lebih jelasnya bahwa kecintaan sesorang membawa seseorang itu untuk menuhankan apa-apa yang dicintainya.

Kecintaan yang berlebihan kepada jabatan misalnya, membawa penuhanan terhadap jabatan, segala amal perbuatan lahir batin, niat, amalan, dan tujuan serta segala gerak-gerik akan terpusat demi, untuk dan karena jabatan. Demikian pula kecintaan terhadap hal-hal lainnya, akan membentuk hierarki penuhanan dalam diri seseorang. Nah, manakala puncak hierarki penuhanan tersebut ternyata tidak diduduki oleh Tuhan yang Allah Asmanya, yang Al-Gaib yang Wajibul Wujud, maka itu tentu akan membatalkan keimanan seseorang, dan itulah orang yang divonis Allah sebagai orang musrik yang tidak terampuni dosa atas kemusrikan itu, Na’udzubillah Mindalik.

Mari kita simak Firman Allah berikut (QS: Al Kautsar)
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu (manusia) nikmat(anugrah) yang banyak. Maka dirikanklah sholat dan berkorbanlah”.
>>makna.... fasholli lirobbika wan Khar------------------------.>

Di bulan Dulhijjah ini kita diingatkan kembali sebuah moment terdahsyat dalam sejarah umat manusia berkenaan dengan “cinta dan pengorbanan”. Ya, pengorbanan cinta demi cinta , pengorbanan akan kecintaan terhadap anak satu-satunya demi sebuah puncak Cinta yang Absolut seorang Rosul kepda Tuhannya. Dalam kisah inilah sebenarnya kita bisa belajar dengan tepat memaknai Cinta dan mengaplikasikannya dengan benar.

Dalam kisah ini terbukti “Cinta membutuhkan pengorbanan”.

Demi Cintanya kepada Allah, dikorbankanlah cintanya kepada Nabi Isamil, lebih dari itu “pengorbanan membutuhkan cinta” artinya untuk mau dan mampu berkorban ternyata butuh Cinta yang benar-benar Cinta bukan cinta semu, sebab bila pengorbanan tanpa cinta itu artinya bukan pengorbanan tapi Istidrot (penglulu) atau bahkan mungkin ………………


Label: | edit post
0 Responses

Posting Komentar

Terimakasih atas komentar Anda...